Memasuki Tahun Ajaran 2022/2023, SD BOPKRI Gondolayu menerapkan dua kurikulum yaitu Kurikulum KTSP 2013 dan Kurikulum Merdeka. SD BOPKRI Gondolayu memulai penerapan Kurikulum Merdeka secara bertahap yang dimulai dari Kelas 1 (fase A) dan Kelas 4 (fase B). Melalui Kurikulum Merdeka ini, guru perlu menemukan cara yang kreatif dalam mengajar agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini bertujuan membuat siswa mampu menemukan pemahaman secara kontekstual dan mandiri.
Benda-benda yang ada di lingkungan sekitar dan sering dijumpai anak-anak dapat dimanfaatkan menjadi sumber belajar. Sumber belajar yang variatif dan dekat dengan anak membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Hal ini menciptakan pengalaman berbeda dalam diri siswa ketika memahami materi ajar dan menemukan bentuk konkretnya dalam kehidupan sehari-hari. Harapannya, suasana belajar di kelas jauh dari kata bosan dan lebih interaktif.
Dalam hal ini, Kelas IV.1 dan IV.2 SD Bopkri Gondolayu menggunakan metode belajar yang menarik dalam pembelajaran matematika mengenai pecahan sederhana (Senin, 01/8/2022). Dwiana Shinta Devy, S.Pd. selaku guru wali kelas IV.2 menjelaskan alasan penerapan metode belajar dalam kelasnya. Melalui Kurikulum Merdeka ini anak-anak diminta mencoba dan mengeksplorasi sendiri dengan memahami suatu masalah secara kontekstual melalui percobaan. “Dengan percobaan, tentu saja anak-anak menjadi lebih paham mengenai konsep dasar pecahan. Mereka mampu membedakan pembilang dan penyebut dengan membuatnya sendiri,” tuturnya.
Pecahan sederhana adalah suatu bentuk bilangan yang terdiri dari pembilang (letaknya di atas) dan penyebut (letaknya di bawah). Materi ini cukup penting untuk dipahami oleh siswa, karena ke depan akan berguna di kehidupan sehari-hari. Belajar materi pecahan sederhana dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti menggunakan gambar, tulisan, dan penggunaan benda konkret. Tentunya, semua harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar cara yang dipakai tepat sasaran dan mencapai hasil yang maksimal.
Pada kesempatan ini, Kelas IV.1 dan IV.2 menggunakan makanan sebagai media pembelajaran. Makanan yang digunakan sangat dekat dengan siswa, seperti apel, jeruk, tomat, pisang, dan kentang rebus. Setiap siswa diharuskan membawa satu jenis makanan. Kemudian, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diberi aktivitas memotong makanan-makanan tersebut sesuai pecahan yang diminta oleh guru.
Dengan pengawasan guru wali kelas masing-masing, siswa juga mengasah keterampilan menggunakan alat potong untuk membuat irisan pada yang sama rata. Pada proses percobaan, ditemukan potongan yang sama rata dan ada juga potongan makanan dengan ukuran yang berbeda-beda. Guru wali kelas membimbing siswa dalam mencari kesimpulan, bahwa saat memotong perlu keterampilan dalam memperkirakan ukuran potongan supaya sama besar.
Bagas Sinungging Rahmat, S.Pd. selaku guru wali kelas IV.1 memantau pembelajaran yang berlangsung dalam 2 Jam Pelajaran (JP) selama 70 menit. Siswa terlibat aktif dan antusias dalam memecahkan masalah masing-masing. “Sebenarnya, dengan praktik belajar ini pemahaman siswa terhadap materi pecahan sederhana menjadi lebih kuat karena siswa melihat dan membuat pecahan sendiri,’ ujar Bagas usai menyelesaikan kegiatan ini. Melalui kegiatan ini, siswa mampu menyadari bahwa belajar matematika tidaklah sulit. Anak-anak menemukan pengalaman belajar matematika yang menyenangkan dan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari.
(Penulis: Bagas Sinungging R., S.Pd. dan Dwiana Shinta D., S.Pd. – Guru kelas 4)