BOGOTA – Guru dan seluruh stakeholder sekolah saat ini memiliki tantangan baru. Dua tahun terakhir, pendidikan di Indonesia mengalami masa belajar via dalam jaringan (daring) dan tanpa tatap muka. Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak segi pendidikan di Indonesia khususnya siswa dan guru.
Oleh karena itu, SD BOPKRI Gondolayu mengambil langkah bersama untuk menghadapi tantangan ini. Melalui program Tim Tenaga Kependidikan (Tendik) SD BOPKRI Gondolayu, mengundang Psikolog dalam kegiatan Seminar ‘Berani Berbenah demi Generasi Tangguh’ (29/7/2022). Kegiatan seminar dibuka oleh Kepala SD BOPKRI Gondolayu, Dra. Bernadetta Herry Riyantini, yang dalam sambutannya menyampaikan pentingnya seminar ini diadakan karena dimulainya penerapan kurikulum merdeka belajar pada tahun ajaran baru dan perubahan anak-anak akibat pandemi Covid-19. Harapannya, guru dan karyawan siap dalam menghadapi perkembangan siswa sesuai kebutuhan mereka.
Bertempat di ruang kelas V.1 SD BOPKRI Gondolayu, kegiatan seminar dihadiri guru dan karyawan SD BOPKRI Gondolayu. Pada sesi pemaparan materi, Dra. Nunung L Puspitasari selaku pemateri inti menyampaikan rangkaian agenda seminar hari ini. Kegiatan seminar terdiri dari beberapa sesi yaitu Pengantar, Refleksi, Mengenal Psikologi Perkembangan dan Generasi Milenial Baru, Tantangan Bagi Sekolah dan Guru di Era Perubahan dan Setelah Pandemi, Peran Sekolah dDan Guru dalam Menyiapkan Generasi Tangguh, dan diakhiri dengan Diskusi Kelompok.
Beberapa guru mengakui dampak dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama 2 (dua) tahun yaitu prestasi siswa yang menurun dan muncul masalah kesehatan para siswa maupun para guru. Tidak bisa dipungkiri, selama PJJ guru tidak dapat mengawasi siswa-siswi secara langsung dan intensif. Akibatnya, para siswa kesulitan dalam memaknai proses belajar.
Selama PJJ ini tentu saja berdampak pada perkembangan anak. Perkembangan anak dapat berjalan ke dua arah yang berbeda. Perubahan dapat membentuk anak menjadi tangguh atau stres. Generasi tangguh terbentuk karena anak memiliki pondasi yang kuat dari sekolah dan keluarga sehingga mampu menghadapi tekanan dalam hidupnya.
Refleksi Guru dan Anak Didik
‘Kisah kasih di SD BOPKRI Gondolayu’ menjadi sebuah tagline baru dalam perjalanan menghadapi perubahan pendidikan saat ini. Unsur terpenting dalam mengukir kisah kasih tersebut adalah ‘makna bejalar’ dan ‘kekuatan kolabirasi’.
Guru berperan besar dalam memberikan makna belajar yang benar kepada siswa. Kemudian, kolaborasi antara guru, orangtua siswa dan tim manajemen adalah sebuah kekuatan dalam mendampingi pembelajaran anak dan mencapai tujuan yang padu. Maksud dari semua itu adalah untuk menghadirkan semangat belajar dan rasa percaya dalam mendampingi proses berlajar anak.
Tantangan Pendidikan Masa Depan
Dimana-mana terjadi fenomena ledakan useless generation yang merujuk pada kemungkinan pada beberapa tahun ke depan. Kemungkinan yang terjadi beberapa bidang ilmu tak lagi relevan karena kemajuan teknologi yang memunculkan ilmu dan profesi baru.
Selain itu, anggapan Google is the best merupakan tantangan lainnya. Siswa saat ini menganggap Google adalah sumber kebenaran dan belajar yang mereka andalkan kapan saja dan dimana saja. Tidak seperti dulu lagi, guru dan orangtua dianggap tidak lebih tahu dan lebih cepat bahkan tidak lebih menarik daripada Google.
Peran Sekolah dan Profesi Guru Menghadapi Tantangan Saat Ini dan Mendatang
Banyaknya tuntuntan harusnya tidak menjadi hambatan bagi guru dan sekolah untuk terus berkembang. Dra. Nunung L Puspitasari mengutip alternatif solusi oleh Prof. Rhenald Kasali untuk menghadapi dunia baru. Beberapa kecerdasan itu meliputi kecerdasan teknologi, kecerdasan kontekstual, kecerdasan sosial dan emosional, kecerdasan generatif, kecerdasan eksploratif dan transformasional, dan kecerdasan moral.
Pada sesi terakhir seminar, guru dan karyawan dibagi dalam tiga kelompok untuk mendiskusikan 6 kecerdasan yang dibutuhkan untuk menghadapi dunia baru. Dalam setiap kelompok, para guru dan karyawan menuangkan program yang telah atau sudah dijalankan di SD BOPKRI Gondolayu berkaitan dengan keenam kecerdasan tersebut. Setiap kelompok dipersilakan untuk memaparkan mind map bergambar pada flipchart. Pemetaan keenam kecerdasan ini dapat mendorong guru dan karyawan dalam menyusun program belajar selanjutnya yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.
(Penulis: Septyan Wulandari)